Bisnis Kedai Kopi dan Sawah, Disukai Pengunjung, Lahan Hijau Buntung?

Foto; Sebastian Staines

sebuah dilema…

Tren menjamurnya bisnis kedai kopi yang semakin lama semakin marak, memunculkan adanya pemberitaan negatif. Bagaimana tidak, di saat orang-orang datang ke kedai kopi tak lagi hanya sekedar untuk menikmati kopi, dan bertemu teman atau sekedar nongkrong belaka, kini merambah dengan hadirnya konsep “back to nature”.

Konsep ini sendiri mengadaptasi seni arsitektur ramah lingkungan dipadukan dengan pesona alam yang ada disekitarnya. Dalam hal ini, kedai kopi banyak sekali yang memadupadankan konsep ruang terbuka dengan area persawahan.

Area lahan hijau perlahan berganti bangunan bangunan ruang usaha. Bisnis dan industri pariwisata yang berkembang pesat mendorong kolaboratif space, multiroom dimana dua hal tersebut semakin hari semakin banyak bermunculan di provinsi yang punya julukan kota wisata, kota pelajar dan kota budaya ini. Kolaboratif space adalah ruang terintegrasi antara tempat bekerja, galeri seni dan kedai kopi, sementara multi room adalah paduan antara kedai kopi dan penginapan dan ruang lain seperti sarana olahraga dan area bermain.

Tentu di satu sisi hal ini akan mendatangkan dampak positif perekonomian, namun di sisi lain, dampak tergerusnya lahan produktif petani mulai mencuat ke permukaan. Apakah sepadan dengan hilangnya sawah ladang hulu pangan manusia Indonesia?

Bak pisau bermata dua. Satu sisi banyak petani yang tiap kali panen harus merugi karena dibanjiri barang impor, sehingga nasibnya tidak pernah berubah dari dulu, sementara begitu lahannya disewakan, atau diubah jadi ruang usaha lebih baik daripada bercocok tanam. Pada bagian lain, kedai kopi yang menghadirkan suasana alam sangat diminati pengunjung sehingga lahirlah berbagai ruang di daerah lahan.hijau.

Sebagai propinsi yang 65% perekonomiannya ditopang sektor jasa dari kampus dan wisata, tentu menjadi pilihan yang sulit bagi pemerintah untuk memilih diantara lahan produktif terjaga dan membuat nilai ekonomi meningkat lewat berbagai konsep kolaboratif space dan multi room ini meski berdampak bagi keberlangsungan lahan persawahan produktif yang berubah fungsi menjadi pemanis bagi kedai kopi.

Bagaimana hendaknya menyikapinya?

Jika melihat data terakhir dari Kementrian Pertanian berkurangnya lahan persawahan nasional semakin memprihatinkan. Menurut perkiraan Kementrian Pertanian, dalam setiap tahun setidaknya 650 ribu hektare lahan persawahan berkurang.

Hal ini karena terjadinya alih fungsi lahan yang semula lahan produktif persawahan kemudian berubah menjadi lahan produktif ekonomi lain seperti kedai kopi, mall, perumahan, dan lainnya.

Sebuah ironi memang, namun tidak serta merta apa yang sedang menjadi tren itu harus diikuti secara terus menerus. Ada baiknya, cobalah untuk menyajikan sesuatu yang berbeda dan unik. Hal ini supaya membentuk pola pikir kreatif dan sekaligus juga memperhatikan kondisi lingkungan kita yang semakin lama, semakin memprihatinkan.

Baca Juga: