Sudut Pojok Dongeng Kopi, dan Dinding Ratapan

Sudut Tembok Ratapan

Jurusan timur Dongeng Kopi, bagian baris meja komunal, ruang kubang asap, adalah tempat dinding ratapan bagi setiap kawan-kawan yang tandang menuliskan coretan. Setiap orang boleh mencurahkan segenap perasaan maupun maki situasi tanpa batasan bebas asal sopan. Setiap hari ada saja coretan menggelitik, ada yang bernada kritik, ada yang berupa seruan moral.


 Ada juga kutipan-kutipan bijak dari inspirasi yang menguap lewat secangkir kopi. Ada lagi prakarya lukisan melintang, juga azimat sesanti agar gelegar harap tak pernah sepi. Semua ditulis dengan kapur tulis. Setiap hari bertambah setiap hari juga hilang. Tertindih, atau terhapus sengaja ataupun tidak, oleh manusia juga cuaca.


Kisah kita juga demikian. Saban hari kita merakit sejumlah cerita. Ada yang baik, ada yang buruk. Ada pelajaran yang kita petik, ada juga yang kita tumbuk, biar lumat tiada tersemat dalam ingat. Sebagaimana kalender yang tanggal sebentar lagi, hari-hari kemarin mungkin kita menanam buat hari esok.


Menyiangi gulma memotong cabang tak rindang atau goyang diterjang angin kencang. Semua sudah kita lalui. Hari esok kita jemput almanak baru penuh sorak sorai, penuh asa. Sebagaimana tulisan kapur di tembok pojokan yang hilang tersapu hujan, semoga yang menyakitkan atas segala hal di hari kemarin juga lekas tumpas lenyap bersama ampas kopi yang kita sesap di penghujung malam. Lantas begitu pagi tiba, kita sudah kembali kuat dan bersemangat membangun sejarah baru. Sejarah kita masing-masing