Sisa Sruputan Kopi, Disulap Daus Jadi Karya Serius

Inspirasi yang menguap dari secangkir kopi tidak hanya menjelma menjadi kata-kata. Ia juga bisa menjadi karya aneka rupa.

Salah satu Karya M. Firdaus, Aktivitas Membatik Dok. Pribadi Daus Studio

Seorang pemuda dari Pekalongan, Muhammad Firdaus, mengolah sisa dari seruputan cangkir kopinya menjadi karya yang luar biasa. Segelas kopinya yang tandas tidak ia habiskan tetapi ia gubah menjadi lukisan dari ampas kopi sebagai fondasi utama warnanya. Kegemarannya ngopi menjadikan ide kopi sebagai media menuang ketrampilannya menggambar.


Karya pertamanya lahir pada tahun 2016, sebelumnya hobi menggambar dalam berbagai media memang sudah melekat lelaki pemilik Daus Studio Pekalongan ini. Sebelumnya biasa menggambar dengan cat. Ia tertarik memanfaatkan kopi pertamanya karena tertarik aroma dan warnanya yang timbul begitu terciprat dalam kertas.
Dihubungi dongengkopi.id, Daus cerita proses awalnya berkarya yang melalui beberapa kali eksperimentasi dan model karya yang telah dihasilkan dari hasil goresan tangannya.

“Sebenarnya basic saya bukan lulusan seni rupa, cuman dari kecil mempunyai hobi menggambar, awalnya dari pensil, nyoba cat air & cat minyak. Lalu mulai tertarik nyoba eksperimen media kopi.”

Lebih lanjut, Daus menerangkan soal kali pertama ia melukis bersama kopi,


“Awal mula memakai media kopi untuk lukisan (itu) dari (tahun) 2016, saya tertarik media kopi karena aroma dan (pe)warna yang khas. Biasanya objek yang saya pakai realisme dan potrait.”

Salah satu ilustrasi pada sampul buku yang digarap oleh Firdaus. Dok Pribadi Daus Studio


Pemesanan karya dari Daus Studio tersebar di banyak kota. Paling banyak pesanan dalam bentuk potrait sebagai kado spesial bingkisan unik yang punya sisi emosional sentimentil. Untuk kopi yang digunakan, sebagai bahan dasar pewarna, Daus menggunakan kopi hitam kombinasi antara robusta dan arabika digerus paling halus. Penikmat kopi berat ini menjelaskan soal pembagian warna untuk lukisannya dalam tiga lapis,


“Pewarnaan kopi saya bagi menjadi tiga bagian dengan komposisi kadar air berbeda. Dari warna dasar untuk under painting, warna medium atau menengah biasanya untuk shading, warna pekat biasanya untuk detail”


Begitu finishing, Daus melapisi kembali lukisannya dengan vernis khusus untuk menjaga usia agar tahan lama.
Karya paling banyak yang dibuat Daus adalah menggunakan kertas. Sementara untuk media kanvas biasanya adalah model pesanan khusus dan yang disiapkan untuk pameran.

Lukisan di atas kanvas menggunakan kopi berjudul “Pacu Jawi” Dok. Pribadi Daus Studio


Firdaus sudah menggelar beberapa kali pameran dari tahun 2017. Kali pertama itulah ia mencoba menggunakan media kanvas. Pada tahun 2018, lewat lukisan berjudul Pacu Jawi Daus kembali menggambar di kanvas dan turut dalam gelaran pameran bersama. Lukisannya tentang karapan sapi ia garap sangat detail dan semuanya menggunakan pewarna alami, pewarna dari kopi.


Karyanya juga ada yang menjadi sampul buku salah satu penulis di luar menjadi karya pajang maupun bingkai pigura potret.


Ketika kami tanyakan berapa range harga untuk karya yang dihasilkan, Daus mematok harga mulai dari 150 ribu. Sementara untuk lama pengerjaannya tergantung tingkat kerumitan dari pesanan. “Paling lama itu sekitar empat hari kalau pengerjaan tergantung tingkat kerumitan”