Menilik Fenomena Kopi Gambut

sumber: viva.com

Libtukom, demikian kopi ini dinamai. Akronim dari Liberika Tungkal Komposit, kopi asli lahir dari tanah gambut basah Jambi ini sedang naik daun.

                Kopi tersebut telah memiliki banyak peminatnya, seperti di Malaysia, Singapura bahkan Jawa. Permintaan hasil panen kopi gambut pun bisa dibilang tinggi dengan harga jual yang menawan. Harga kopi dengan biji pilihan dipatok Rp. 65.000 per kilogram. Sementara kopi yang sudah disangrai mencapai Rp 150.000 per kilogram. Jika sudah menjadi bubuk, per kilogramnya dihargai minimal Rp 160.000.

                Awal mula munculnya kopi gambut Libtukom bukanlah barang baru bagi para petani di wilayah Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi. Sejak puluhan tahun lalu, warga sudah mengenalnya dan dinamai kopi Exelsa. Pada tahun 70an, produksi kopi gambut tidak sebanyak sekarang, saat itu hanya dipanen untuk keperluan sehari-hari.

                Hingga akhirnya pada tahun 2012, diselenggarakan penelitian terhadap jenis kopi gambut yang dinamai Exelsa tersebut dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Jawa Timur. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan jika kopi yang ditanami petani di lahan gambut merupakan jenis varietas tersendiri. Kemudian, ditetapkanlah dengan nama Kopi Liberika Tunggal Komposit.

                Tanaman kopi gambut mudah dipelihara dan kuat terhadap penyakit. Tanaman kopi cukup ditanam di atas lahan gambut basah, namun tetap dalam pengawasan yakni membuat kanal terbatas untuk menjaga bibit kopi tetap aman dan gambut netral ketika ditanam. Atau dengan kata lain, kopi ini tidak memerlukan lahan kering seperti banyak tanaman lain yang ditanam di tanah gambut. Buah kopi baru bisa dipanen setelah tanaman tersebut berumur lima tahun.

                Pada proses pengolahan juga terbilang sederhana. Petani hanya mengandalkan dua proses pengolahan yakni pengolahan basah dan pengolahan madu. Dua cara tersebut sama-sama memberikan hasil terbaik dari kopi Libtukom untuk dipasarkan. Kopi yang diolah dengan standar SOP itupun menghasilkan rasa khas dari kopi Liberika Tungkal Komposit.

                Kini dengan kepopuleran kopi gambut Libtukom, Pemerintah Jambi merencanakan bahwa kopi tersebut akan menjadi produk unggulan. Terdapat 2.800 hektare lahan gambut di Tanjungjabung Barat yang akan disiapkan untuk penanaman kopi gambut tersebut.

                Untuk para petani, guna memudahkan pemasaran dan keunikan khas kopi maka kopi Libtukom telah mendapatkan sertifikat khusus keaslian kopi. Sejak saat itu kopi dinamai kopi Kuala Tungkal. Kapasitas produksi kopi pun sudah mencapai 1,5 ton per tahun. Diyakini bahwa hasil panen tanaman kopi tersebut akan membantu perekonomian masyarakat.

                Mari kita sambut kehadiran kopi gambut khas Jambi yang akan mengisi toples-toples di kedai kopi. Tidak sabar menunggu kekhasan cita rasa kopi Kuala Tungkal tersaji dalam hangatnya secangkir kopi di mejamu, kan? Selamat ngopi..

(vro)