Mendongengkan Americano, Tak Selamanya Pahit

Americano Coffee

Tak ada yang lebih menyegarkan selain secangkir kopi di hujan malam hari. Sedang mengobrol dengan siapa malam hari ini, atau sekadar menikmati hujan dengan sebuah buku? Kali ini, duduk dan ngopi di Jogja lebih spesial, dengan mendaratnya secangkir hitam jelaga di meja kayu yang disebutnya Americano. Pahit, memang. Namun, nampaknya si hitam di meja kita ini tak selamanya pahit disesap. Mari, berkenalan dengan kopi yang seperti namanya, dipopulerkan oleh bangsa Amerika ini.

Membicarakan sajian kopi ini, artinya kita akan sejenak berkelana pada masa perang dunia ke-dua. Masih ingatkah dengan Adolf Hitler dan partainya, Nazi? Ya, pada saat itu tentara Amerika sedang berjuang untuk melawannya. Di tengah masa genting dan dentuman senjata tersebut, nampaknya kopi memang masih dan selalu spesial. Bahkan sejak masa peperangan tersebut, tentara Amerika tak lupa mencicipi kopi yang disajikan di Eropa, ialah Espresso. Seperti yang sejak dahulu dikenal, Espresso memang bercita rasa pahit dan pekat. Tentara Amerika nampaknya kurang menikmati cita rasa tersebut dan akhirnya menciptakan sebuah inovasi terhadap Espresso. Mereka menambahkan air untuk meringankan rasa pahit yang terdapat dalam  Espresso, maka sejak saat itu orang Eropa menyebut sajian kopi tersebut, Americano.

Memang, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Americano yang merupakan espresso based terasa pahit meskipun lebih ringan dan tak terlalu pekat. Namun, di kedai kesayangan, Dongeng Kopi Jogja mencoba ‘mendongengkan’ bahwa Americano tak selamanya hanya bercita rasa pahit. 150 mili air panas dicampur 30 mili espresso, berbaur dengan suasana tenang untuk menepi, barista mulai meracik si hitam yang saat ini kau sesap. Tidak, bukan itu rahasianya. Adalah house blend dengan campuran empat jenis kopi Arabika: Temanggung (full-wash process), Preanger (full-wash process), Toraja (full-wash process), dan Bali Kintamani (natural process) yang menjadikan sesapan Americano di lidahmu terasa berbeda.

Sesekali, cobalah menyeruput sajian Americano yang lebih fruity dengan sensasi cokelat pada akhirnya. Americano memang pahit, namun tak selamanya. Tentu saja, menikmati kopi tidak se-judgemental itu, kan? Merupakan campuran dali Bali Kintamani yang menghadirkan sensasi manis lemon yang kemudian menyatu di lidahmu. Kemudian Toraja yang menjadi pamungkas dengan sensasi pahit dan manisnya dark chocolate. Kopi di Jogja memang istimewa, kedai ini pun ingin sesekali mencobanya. Mendongengkan kepadamu, bahwa Americano mampu keluar dari batas nyamannya. Kau pun akan menemukan secuil keripik pisang manis untuk menemani sajian Americano mu. Betapa indahnya sajian ala Amerika berpadu dengan kudapan lokal bangsa sendiri, manis. Sekali lagi, Americano memang tak selamanya pahit. [ASDP].