Espresso: Singkat, Pekat, Jelas

Espresso Coffee

Berdiri di depan bar dan menelusuri menu, kau jatuh pada pilihan sumber kafein tertinggi di deretan kopi bertuliskan Espresso Based’. Ya, pilihanmu jatuh pada ‘ibu’ dari deret sajian kopi tersebut, Espresso. Jenis seduhan kopi ini dibuat sejak tahun 1880 di Itali dan menjadi pilihan bagi yang ingin mendapatkan asupan kafein dalam dosis tinggi. Apalagi, kamu yang membutuhkannya dalam waktu singkat namun memiliki efek kesegaran yang cukup lama. Saat ini, banyak modivikasi penyajian kopi Espresso, namun yang original tidak akan tergantikan. Lalu, seberapa banyak takaran Espresso favoritmu?

Tak banyak yang paham bahwa Espresso sebenarnya adalah nama sebuah mesin, lalu kopi yang diseduh dengan bantuan mesin tersebut kemudian disebut Espresso. Satu takaran Espresso adalah 30 mili atau biasa disebut single-shot. Namun, bagaimana jika kau ingin menambah takarannya? Tentu bisa, dua kali takaran Espresso sebanyak 60mili kemudian disebut Double Espresso. Bahkan sejak persoalan takarannya pun, Espresso memiliki pernak perniknya tersendiri. Seperti halnya jika kau ingin mengurangi takaran Espresso menjadi 20 mili, kau dapat menyebutnya Ristretto.

Lebih dari itu, menikmati Espresso pun dapat dimaknai berbeda-beda oleh setiap orang. Di Amerika, menenggak Espresso dilakukan di depan bar sambil berdiri. Hal ini karena memang mereka membutuhkan Espresso terutama untuk asupan kafein dengan cepat namun sangat terasa efeknya. Mereka memesan, meminum, membayar kemudian pergi. Satu hal lagi, mereka melakukannya di pagi hari. Sedangkan di bumi pertiwi, sebagian besar dari kita menikmati Espresso bersama dengan tumpukan tugas dan deadline pekerjaan, sembari menikmati suasana kedai kopi kesayangan.

Singkat, pekat, jelas tentunya. Ngopi di Jogja memang unik, seperti di Dongeng Kopi Jogja, Espresso diracik dengan ramuan yang house blend yang menyatukan empat jenis kopi nusantara. Apa sajakah? Kau dapat mengalaminya sendiri, sesimpel menghentikan sejenak laju kendaraanmu di depan kedai ini. Lalu jumpailah tumpukan buku bersama aroma semerbak kopi. Mungkin sekilas nampak sama seperti kedai yang kau jumpai sepanjang jalan, hingga kau mulai meneguk Espresso yang kau pesan di depan bar. Sekali lagi, singkat, padat dan jelas cita rasa itu di lidahmu.