Ketika Kopi Diungkap dengan Banyak Bahasa

Hangat dan akrab selayaknya saudara

Paman, apakah pusaran air yang tidak bisa dikendalikan dengan baik akan menjadikan kopi mengembik?”


Pertanyaan Khaldi, 18 th, seorang pemuda yang kerap datang di sesi #MakeYourOwnCoffee satu ketika kepada Akrom, 23 th aseli Pemalang, sering shift pagi.


Ungkapan mengembik, lantang, gandang, meriah, kaya cengkok, dan sederet kata sifat lain untuk mendeskripsikan cicipan dari kopi mewakili terai yang didapati melampaui cakram roda sensori acap jumpa pada percakapan antar kita. Maka olah rasa dan menjadi tidak ‘zakelijk’ harus dikenakan terus menerus supaya kita senantiasa kaya manakala membaca kopi dengan berbagai bahasa. 


Seharusnya kopi menjadi bagian yang membuat kaya untuk kita mengolah rasa. Sebab dalam kopi punya atribut yang begitu kaya terkait ‘rasa’ bahasa mengungkapkan atas tera rasa yang ditangkap oleh panca indera yang berjalin kelindan. Jadi kalau kopi kemudian dimonopoli oleh istilah tunggal atas citraan orang-orang tertentu saja, lainnya dianggap salah, maka seketika kekayaan itu lenyap begitu saja.