Jogja Coffee Week: Sebuah Simbiosis Para Pemain Kopi

Bergambar bersama para nara sumber Logistik - Pergudangan & Peluang Ekspor Kopi Indonesia


Oleh: Bagas Hapsoro

Poster Talk Show Logistik, Pergudangan, Peluang Ekspor Kopi Indonesia di Jogja Coffee Week 2022. Dok. Komunitas Kopi Nusantara

Pesta Kopi Yogyakarta ”Jogja Coffee Week” (JCW) telah berakhir tanggal 6 September 2022 yang lalu. Sebagai orang Yogya saya bangga bahwa JCW berlangsung dengan lancar dan sukses. Luar biasa, Dab (Mas)!

Yang saya catat adalah upaya panitya untuk memberi kesempatan kepada para pemangku kepentingan untuk berinteraksi via talkshow.

Saya di “dapuk” Pak Robby Kusumaharta, Wakil Ketua Kadin untuk ndongeng sedikit tentang kopi dan situasi internasional. Bahkan selesai talkshow bersama para suhu kopi kami tidak bubaran. Kami pindah ke ruang lain dan ngobrol lagi tentang kopi. Disana ada Pak Abra, Bang Tazbir, Mas Andri dan Mas Renggo. Tema yang diangkat dalam Talkshow adalah tentang logistik dan ekspor kopi ke mancanegara.

Pembicara pertama Mas Joko Taviyanto dari Universitas Logistik Bisnis Indonesia (ULBI) menyatakan bahwa komoditas kopi memiliki peta rantai yang cukup sederhana, yakni dari petani, pengumpul, pengolah dan kemudian ke pasar hingga ke konsumen. Pada masing-masing mata rantai terdapat peluang bisnis yang cukup besar, misalkan pada rantai pengumpul atau pengelola dapat berkembang beberapa bisnis misal sebagai pengumpul hasil kopi dari para petani, sebagai pengolah buah kopi menjadi bubuk kopi, sebagai bisnis jasa pengantaran ke pembeli kopi bahkan sebagai eksportir,” jelas Joko Tavianto.

Di sela-sela sebelum talkshow bersama para nara sumber. Dok. Pribadi

Sementara itu Kang Satiadharma, akademisi dari ULBI menambahkan bahwa secara keilmuan ULBI sebagai perguruan tinggi pertama yang fokus pada pada bidang logistik dan rantai pasok di Indonesia pada prakteknya sangatlah dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan dalam mengatur tata niaga kopi. Dengan demikian sekolah ini dapat membantu peningkatan ekspor kopi karena para mahasiswanya telah mendapat pengetahuan yang mumpuni mengenai logistik dan distribusi komoditi.

Giliran saya bicara, saya garis bawahi hal-hal penting yang disampaikan kedua nara sumber bahwa dengan adanya pendidikan serta keahlian manajemen tadi Indonesia memiliki kekuatan untuk terus menjadi pengekspor kopi. Hal ini antara lain karena memiliki 16 single origin. Single origin adalah asal mula, atau tempat pertama kopi itu berasal. Misalnya Aceh Gayo dan Toraja. Kopi-kopi single origin umumnya diolah dengan serangkaian proses yang memperhatikan standar tertentu dan kualitas khusus.

Kunjungan dan berbincang di gerai yang tersedia di Jogja Coffee Week 2022 mencicip kopi terbaik nusantara. Dok. Jogja Coffee Week 2022

Kopi Indonesia menurut saya juga telah memberikan manfaat positif bagi petaninya. Selama pandemi Covid-19, perkembangan ekonomi yang dihasilkan kopi selalu meningkat. Dampak pertumbuhan kopi juga dirasakan langsung oleh petani, mengingat 96% dari tanaman kopi adalah dari perkebunan rakyat.

Namun demikian perlu diketahui bahwa tantangan kopi Indonesia juga besar. Antara lain hambatan perdagangan oleh negara pengimpor dan rantai pasok global. Jian, ugal-ugalan, mohon ijin.
Saya membaca laporan dari lembaga GIZ Jerman banyak petani kopi yang hanya mempunyai lahan di bawah 5 hektar seringkali tidak diakui keberadaannya dalam karena tak memiliki sertifikasi produk kopi setingkat internasional. Dengan kerjasama antara lembaga penelitian dan pembangunan Jerman, Belanda, Perancis dengan Puslitloka Jember kiranya hal ini setidaknya bisa diatasi.

Pembicara berikutnya Mbak Yuanita Rachma mengingatkan bahwa sebenarnya negara pengekspor utama kopi di dunia seperti Brazil dan Vietnam belajar banyak dari sistem pertanian kopi Indonesia. Menurut Yuanita, banyak faktor yang membuat produksi kopi Indonesia kalah dari Vietnam.

Antuasiasme penikmat kopi tidak hanya lokal, regional maupun nasional, dari mancanegara juga banyak yang menyempatkan hadir menicicp kopi terbaik nusantara. Dok. Jogja Coffee Week 2022

Mereka menggunakan metode fertilisasi terhadap tanahnya. Metode ini, kata Mbak Yuanita cukup bahaya mengingat tanah mempunyai keterbatasan kemampuan menerima pupuk. Hal berikutnya menurut Yuanita adalah bahwa petani Indonesia harus mampu untuk mengetahui tata cara dan prosedur ekspor yang berkualitas. Cara ini terbukti sangat ampuh daripada terus menerus mengandalkan bantuan kepada pemerintah.

Di akhir diskusi Pak Robby Kusumaharta menyimpulkan bahwa masih ada ruang bagi Indonesia untuk bergerak agar kopi Indonesia ini tidak saja digemari orang di luar negeri tetapi juga mampu mensejaterakan petani di Indonesia. “Cara-cara tersebut antara lain adalah perlunya kolaborasi serta pemberdayaan komunitas kopi Indonesia”, ujar Pak Robby. Ditambahkan pula bahwa pemasaran kopi yang efektif di luar negeri dengan kerjasama Perwakilan RI melalui pameran internasional.

Tidak hanya mencicip, datang berkunjung, transaksi yang berlangsung membuat gembira para peserta yang berpartisipasi di gelaran Jogja Coffee Week Persembahan Komunitas Kopi Nusantara. Dok. Jogja Coffee Week 2022

”Pesan kita sama, lanjutkan simbiose yang bagus ini”, kata Pak Robby. Sebagai contoh kerjasama antara Asosiasi Kopi Spesialti Indonesia (SCAI) dan Komunitas Kopi Nusantara tentang penjurian grading dan test cicip rasa. Ini akan mengangkat leverage petani lokal ke tingkat internasional. Pas sekali dengan topik panitia ”Connecting Coffee Enthusiasts and Businesses”.

Kita perlu terus meningkatkan edukasi dan memberdayakan petani kita, agar mereka mengetahui aspek penting dalam pertanian termasuk logistik juga. Cocok dengan keterangan Pak Djoko dan Kang Satiadharma di depan.

Pendek kata pertemuan di Yogya menegaskan arti penting simbiose mutualisme. Artinya, simbiosis mutualisme adalah hubungan saling menguntungkan antara dua organisasi yang satu jenis maupun beda jenis.

JCW mengangkat profil Komunitas Kopi Nusantara dan mitranya sebagai upaya untuk membuat nilai kopi universal tidak sekedar komersial. Kearifan lokal, pemberdayaan UKM, people to people connection.

“Yogyakarta Meetup 2022 – Indonesian Coffee Goes Global”

Cangkringan, Lereng Merapi, 7 September 2022


Penulis: Bagas Hapsoro
Mantan Dubes RI untuk Swedia dan Latvia, Tim Asistensi Diplomasi Kopi, Kementerian Luar Negeri RI.