Tradisi Ngopi Pekanbaru, antara Rihat atau Sekedar Berbagi Informasi

Di Pekanbaru, kedai kopi merupakan tempat tongkrongan yang asyik dan memberikan kenyamanan. Sejak lama, kedai kopi menjadi ajang interaksi sebagian masyarakat di Kota Bertuah ini.

Kota Pekanbaru punya tradisi ngopi yang cukup lama. Meski tidak memiliki produk kopi unggulan, namun acara minum kopi telah menjadi gaya hidup masyarakat Pekanbaru. Bahkan pola duduk di kedai kopi bisa dilakukan lebih dari satu kali sehari. 20151010103301Berbeda dengan tradisi ngopi di kota besar seperti Jakarta dan Bandung, ngopi di Pekanbaru lebih khas karena hanya dilakukan untuk bercengkrama, bahkan tidak sedikit warga dan pendatang berkunjung ke kedai kopi hanya sekedar untuk berjumpa dan ngobrol. Suasana rileks yang disajikan menjadi salah satu daya tarik untuk bertemu di kedai kopi.

Kedai kopi di Pekanbaru memiliki kelas-kelas tersendiri. Untuk kelas umum, kedai kopi yang diminati lebih banyak yang disuguhkan suku Tionghoa dengan ciri-ciri khusus. Beberapa kedai kopi yang terkenal misalnya Kimteng, Bangi Kopitian, dan Kedai Oey. Selain ruangan yang umumnya terbuka dalam sebuah ruko. Kedai kopi di Pekanbaru selain menyajikan kopi juga menyajikan makanna ringan. Uniknya, cangkir yang digunakan umumnya terbuat dari poeselen yang mampu menyimpan panas dalam waktu yang cukup lama. Maka dari itu, tidak jarang meski sudah duduk berjam-jam, kopi yang disajikan tetap hangat dan tidak berubah rasa.

Selain bentuk cangkir, kopi yang disuguhkan juga tidak dibuat untuk satu atau dua orang, tetapi dibuat sekaligus dalam satu periuk yang direbus sejak pagi tanpa pernah mematikan api. Kopi ini cukup kental dan berasa, dengan rasa yang sulit dilupakan. Sedangkan gula akan ditambahkan begitu ada pesanan.

Kedai kopi suku Tionghoa ini umumnya juga memberi kesempatan yang lebih longgar kepada pengunjung untuk berlama-lama di kedai kopi. Dan pandangan empunya kedai juga terkesan cuek dengan aktifitas pengunjungnya, tidak banyak tanya, kecuali pada saat sang tamu datang.

Kedai kop seperti ini bisa ditemui di beberapa ruas jalan di Pekanbaru seperti di Jalan Hangtuah, Jalan Setiabudi, Jalan Juanda, Jalan Paus, Jalan Tuanku Tambusai, Jalan Kuantan Raya, Jalan Teuku Umar, Jalan Tanjung Datuk, Jalan Imam Munandar, Jalan Riau, Pasar Bawah, Jalan Ahmad Yani, Jalan Cempaka, Jalan Karet, Sam Ratulangi, dan banyak ruas jalan lainnya.ae71e53e9625b2c9c6beebvhd-41714

Kedai kopi ini biasanya lebih didominasi laki-laki dari berbagai profesi, mulai dari aktifis lingkungan, lembaga swadaya masyarakat, pedagang, pegawai negeri, hingga pejabat publik. Tidak jarang, kedai kopi seperti ini juga dijadikan tempat untuk saling tukar informasi, jual beli atau hanya sekedar duduk-duduk sambil ngobrol.

Kedai kopi kelas menengah juga cukup menjamur di Pekanbaru. Kehadirannya mulai muncul sejak era otonomi daerah. Kopi kelas menangah lebih banyak disukai generasi muda karena rasa kopiny yang tidak terlalu dominan dan telah dicampuri creamer atau cokelat atau paduan lainnya. Sebagian besar kedai kopi kelas menengah ini merupakan waralaba dengan merek-merek terkenal, namun tidak memberi ruang untuk duduk hingga berjam-jam.

Selain itu, kedai kopi kelas menengah lebih banyak berpadu dengan kafe yang menyediakan wifi gratis sehingga anak-anak muda yang sangat dekat dengan dunia internet tetap bisa tersambung dengan hobby berinternet ria. Kebiasaan menikmati kopi sambil browsing internet ini akrab disebut dengan istilah “Opi-Bro”. Untuk menikmati tres “Opi-Bro” ini, biasanya para kaum muda akan berburu ke tempat-tempat nongkrong yang nyaman dengan jaringan internet gratis melalui fasilitas wifi kencang.

Meski begitu, tradisi ngopi di Pekanbaru tetap terpelihara dengan baik. Kebiasaan berbagi informasi di luar rumah menjadikan kedai kopi sebagai tempat istimewa. Dan tradisi itu masih terpelihara dengan baik dan jumlah kedai kopi pun semakin ramai dan menyebar di Pekanbaru.

Walikota Pekanbaru, Firdaus, dalam pidatonya malam final Bujang Dara Pekanbaru 2015 di SKA CoEX mengatakan bahwa salah satu potensi kota Pekanbaru selain sektor perdagangan adalah sektor Meeting Convention and Exhibition (MICE). Dengan pertumbuhan empat persen per tahun, sektor MICE berkembang dengan pesat di Pekanbaru. Dengan potensi yang ada, diharapkan Pekanbaru bisa membuat festival seperti di Manggar yang terkenal dengan kota 1001 kedai kopi.

Dengan potensi kuliner yang besar. Sangat disayangkan jika pemerintah kota Pekanbaru belum menggarap dengan maksimal. Dengan mengadakan festival kedai kopi, potensi kuliner Pekanbaru yang selama ini kurang dikenal, bisa dikenalkan. Dampak positif lainnya, sektor MICE yang selama ini dikatakan sebagai pengembangan utama dari kota bisa maksimal.