MULTIPLE ORIGIN: PILIHAN NGOPI BERBEDA DARI SELURUH KEDAI DI DUNIA ADA DI DONGENG KOPI

Multiple Origin Nusantara

Mengapa Multiple Origin?

Semakin banyak kopi sama disajikan oleh kedai-kedai kopi yang tumbuh bak cendawan di musim penghujan, semakin seragam dan tiada pembeda satu kedai dengan kedai lain kecuali suasana saja serta faktor lokasi. Selain juga pasokan produk yang tidak selalu tersedia, menjadikan pilihan multiple origin sangat rasional untuk disajikan di Dongeng Kopi. Tentu paling utama adalah menjadi berbeda dari produk yang dijual di kedai kedai lain.

Multiple origin juga merupakan bagian bagaimana melestarikan budaya tutur lewat dongeng, cerita rakyat, fabel, mitos dan epos yang mulai tersingkir dibanding berjoged untuk diunggah di depan sosial media

Multiple Origin Dongeng Kopi

A. Rangkayo Hitam

Saking saktinya Rangkayo Hitam, seorang pangeran dari tanah Swarnadwipa, Raja Majapahit musti mengutus Empu khusus untuk mencipta senjata guna menundukkannya.

Adalah Empu Berjakarti yang ditugaskan untuk menempa senjata untuk pemuda yang kebal atas segala gaman ini. Setidaknya ada 7 logam yang didapat dari 9 desa yang ditempa tidak Jumat selama 40 purnama. Agar sempurna ditutup dengan dimandikan di 7 mata air berbeda. Umbul wingit yang akan menjadikannya tiada tanding.

Tetap saja sang Empu tumbang di tangan Rangkayo Hitam.

Tanah Pilih, nagari asal Rangkayo Hitam diakui sebagai kerajaan berdaulat, dan Majapahit memberikan hadiah dengan mengawinkan putri sang Nata Ratu Mas Ratu Ayu.

Rangkayo Hitam dari Tanah Pilih adalah nama kopi campur sari yang mewakili aroma Kerinci, citarasa Swarna Dwipa yang penuh di tegukan, karamel, dan manisnya kayu manis.

B. Nagagini

Dalam mitologi Jawa, putri cantik dari pasangan Sang Hyang Ananta Boga dengan Bidadari Dewi Supreti ini merupakan istri dari Brotoseno, putra kedua Dewi Kunti. Ibunya Antareja.

Penghubung keduanya menjadi pasangan besar kemungkinan berasal dari Tirta Rasakundha. Air sakti dari kendi milik Batara Basuki adalah daya kekuatan yang hanya dimiliki oleh bangsa naga.

Bima pernah meneguk sepuluh teguk saat diberikan oleh Batara yang menebarkan rasa aman dan keselamatan di dunia. Padahal satu tegukan kekuatannya bertambah setara dengan 7 ekor kuda.

Nagagini dari Jawa Dwipa adalah nama kopi campursari yang mewakili mitos kopi biji tunggal dengan aroma khas tembakau, teh hitam, cokelat, semburat manis gula jawa, asam sedang, dengan jejak rasa yang menyenangkan.

C. Timun Mas

Mbok Srini dari Desa Dadapan sangat amat mencintai anak semata wayangnya; Timun Mas. Cintanya tak terhingga meski perawan jelita itu bukan lahir dari rahimnya.

Ketika Buto Ijo memburu untuk memangsanya, ia tak kuasa membiarkannya celaka. Maka ia upayakan bantuan dengan menjumpai Resi Waskita dari Gunung Gandul.

Dibawakannya 4 bungkusan kecil yang berisi biji mentimun, jarum, garam dan terasi. Tiga buah awal menghambat langkah mengejar Timun Mas, yang terakhir menenggelamkan menghentikan niat untuk menjadikan santapan.

Hasratnya hilang bersama raga raksasa berkulit hijau tersebut. Turut tenggelam.

Timun Mas campiur sari dari tanah Jawa ini mengeluarkan cita rasa apel ijo, asam sedang, gula Jawa, cokelat dan jejak rasa yang menyenangkan.

D. Towja Tua

Towjatua satu tokoh fabel dari tanah Papua, mengambil latar cerita di tepi sungai Tami. Perjumpaannya dengan si Buaya Ajaib, Watuwe lantaran kesulitannya untuk membantu istrinya persiapan melahirkan berujung pada persahabatan. Persahabatan manusia dan buaya.

Watuwe yang bisa berbicara dengan Towjatua itu dengan senang hati membantu istrinya persalinan kelahiran anak pertamanya. Laki laki dan begitu gagahnya. Watuwe meramal ia akan menjadi pemburu yang hebat. Sebagai imbalannya Towjatua dan seluruh keturunan akan menjaga alam sekaligus serta buaya di tepian sungai tanah adat. 

Kopi dari bumi Cendrawasih yang kami beri label Towjatua ini memiliki cita rasa kental prima, kadar asam rendah, kacang, sekilas jeruk, gurih, Aksen herbal, coklat & Aroma bunga tropis sekilas.

E. Kebo Iwa

Dalam menunaikan sumpah amukti palapa ada satu penghalang Gajah Mada yaitu Kebo Iwa. Panglima perang asal Kerajaan Bali yang pintar dalam strategi perang, dan ilmu kanuragan tiada tanding. 

Ia kebal terhadap banyak senjata. Kesaktian lain, salah satunya adalah kemampuan membuat sumur mata air. Hanya dengan menusukkan jari tangannya ke tanah dengan segenap kekuatannya, sumur mata air seketika tercipta.

Serangan Majapahit selalu terhenti di Blambangan tertahan pasukan dibawah komando Kebo Iwa. Gajah Mada mengubah siasat. Mengundang tandang ke Jawa dengan iming-iming perdamaian dan hadiah istri.

Kebo Iwa lantas diperdaya, diminta membuat sumur dan dikubur hidup-hidup. Masih melekat nyawanya dan terjadi pertarungan sengit duel dengan Gajahmada. Ia memilih muksa begitu Gajahmada mengucap demi mempersatukan Nusantara. Rela menjadi tumbal sumpah amukti palapa.

Kebo Iwa kami pilih menjadi nama kopi Multiple Origin dengan cita rasa asam segar seperti buah jeruk, jejak rasa bersih, kekentalan menengah, dan aroma yang dihasilkan sangat kuat dan manis.

F. Dayang Bulan

Ibunya adalah Putri Langit, Dayang Bulan dan seluruh saudaranya lama tinggal di kahyangan, mayapada. Sampai hampir dua dasa warsa lamanya, hingga suatu hari ayahnya rindu kembali ke bumi, arcapada.

Inilah muasal pangkal kisah Dayang Bulan hilang, dan bagaimana persaudaraan diuji. Kala diculik Malim Hitam dengan sihir menyaru sebagai ular lidi lantas merubahnya menjadi setangkai bunga. Saudara lelakinya yang bernama Raden Alit dan Raden Kuning dua kakak yang sangat sakti dan saling menyayangi sehingga mengupayakan untuk dayang bulan ditemukan.

Meski harus kalah saat adu kanuragan, berkat bantuan gurunya, dua bersaudara ini berhasil meringkus dan melumpuhkan untuk diperangkap di kurungan besi. Kedua pendekar raden ini tak mampu membunuhnya, tetapi menang siasat sehingga adiknya, Dayang bulan pun berhasil bebas.

Cita rasa dayang bulan yang dari golongan asal yang kami sajikan ini memiliki cita rasa karamel, jeruk nipis, serai, kental menengah dan jejak rasa yang menyenangkan.

G. Lona Rara

Ketabahan Lona Rara saat digarap Lona Kaka, saudara sulungnya berbuah manis. Saat ia tersesat di hutan yang lebat, akibat tipuan anjing justru berjumpa dengan lelaki tampan yang menjelma dari jeruk pohon berbuah lebat di tepi sungai tempat ia mencuci bajunya setelah kotor berhari hari mencari jalan pulang. Gela Wuaramoto nama lelaki gagah perkasa tersebut. Keduanya jatuh cinta dan hidup bahagia.

Cita Rasa Lona Rara Cokelat, kental prima, aroma bunga dan sekilas kentara seperti kelapa.

H. Samba Paria

Hikayat Samba Paria, adalah hikayat perempuan jelita simbol perlawanan terhadap tirani. Tersebutlah seorang raja berkuasa sangat lalim dan gemar menindas rakyat. Pada sebuah perburuan di sebuah pedalaman ia mendapati sepasang kakak beradik hidup sebatang kara yang membuatnya jatuh hati hingga ingin sekali menguasainya. Diaturlah muslihat untuk bisa memisahkan kedua kakak beradik hingga akhirnya sang kakak berhasil diboyong ke istana. Sang adik kebingungan manakala tidak mendapati kembali kakaknya di rumah panggung. Hingga akhirnya ia ketahui sang kakak disekap raja di Istana dengan pengamanan cukup ketat.

Hingga satu hari Samba berhasil melarikan diri dan mendapati adiknya sakit keras. Dirawatnya hari demi hari hingga ia kembali pulih. Samba sadar akan disusul juga pada waktunya ke tempat ia tinggal. Rumah panggung di pedalaman. Disiapkanlah ramuan untuk membuat sang Raja celaka, hingga saat tiba disiramkan ke mukanya dan akhirnya sang raja berjumpa dengan ajal.

Cita Rasa Samba Para memiliki kekentalan yang penuh, keasaman sedang nan segar seperti apel hijau, sekilas murbei, sedikit herbal dan kayu manis dengan jejak rasa after taste seperti cokelat.

I. Gading Cempaka

Kerajaan Bangka Hulu menjadi kuat setelah Gading Cempaka berhasil dipinang jadi permaisuri. Putri Raja Serut yang telah mangkat sekaligus penyebab kerajaan masyhur lantaran kecantikannya dan sulitnya dipinang oleh banyak pangeran. Gading Cempaka adalah penentu keturunan raja raja kuat yang ada di bumi swarna dwipa.

Cita Rasa Gading Cempaka adalah sekilas seperti belimbing, cokelat, lemon, serai, jahe, manis karamel