Kopi, Budaya, dan Malam Satu Suro

Sebagian besar penikmat kopi belum mengetahui bahwa Yogyakarta memiliki lahan perkebunan kopi yang kelak akan menjadi potensi baik dalam dunia perkopian. Perkebunan kopi tersebut tumbuh dirawat baik dan tumbuh subur di Perbukitan Menoreh. Seperti apa wujudnya?

dsc_0251-min

Malam belum genap dan udara dingin belum sepenuhnya menyergap, di sebuah rumah sederhana berdinding anyaman bambu nampak beberapa orang sibuk mempersiapkan acara. Suasana tampak berbeda di desa Keceme Gerbosari, Samigaluh, Kulon Progo ini. Tempat yang bernama Padepokan Giri Saloka tersebut siap menyambut para tamu undangan untuk merayakan Malam Satu Sura bersama para petani teh dan kopi.

Jarum jam menunjuk angka delapan ketika acara tersebut dimulai dengan sebuah macapat Maskumambang yang merupakan suatu pratanda dimulainya kehidupan manusia yang digambarkan janin dalam kandungan. Semua khalayak yang hadir tenang, seolah setiap tembang macapat menjelma sebagai ruh merasuk ke jiwa-jiwa penuh renungan.

Kemudian acara disambung dengan beberapa sambutan hangat dari berbagai pihak antara lain dari Serikat Petani Kulon Progo (Sertani), Koperasi Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI), Simbok Kopi, dan Dongeng Kopi Jogja.

Kebahagiaan yang dibungdsc_0029-minkus kesederhanaan mendominasi acara tersebut. Berbagai kalangan saling berbagi cerita berupa pengalaman mengenai pekerjaan maupun usaha di bidang teh, kopi, dan rempah-rempah yang merupakan hasil produksi penduduk sekitar.

Padepokan Giri Saloka serta Serikat Petani Kulon Progo berelasi dengan Dongeng Kopi Jogja untuk bersama mengolah biji kopi Suroloyo yang memiliki nama dagang Java Menoreh ini. Kopi Suroloyo merujuk pada salah satu puncak perbukitan Menoreh, yang memiliki karakter fruity dan berjenis arabika. Dongeng Kopi Jogja berperan sebagai etalase memperkenalkan kopi Suroloyo tersebut kepada para penikmat kopi. Selain itu ada pula Simbok Kopi sebagai etalase utama kopi Suroloyo yang sudah lama berjuang mendapatkan lahan, menanam kopi, mempertahankan budaya lokal, sampai bagaimana rasa aneka kopi yang tersaji.

Sebagai bentuk nguri-nguri kebudayaan, rangkaian acara dilanjutkan dengan tumpengan tujuh rupa. Berbagai tumpeng tujuh bentuk disajikan di atas tampah yang dialasi daun pisang. Falsafah tumpeng berkaitan erat dengan kondisi geografis Indonesia, terutama pulau Jawa yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng merupakan tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para Hyang atau arwah leluhur.

Tumpeng merupakan akronim dalam bahasa Jawa: yen meTU kudu sing meMPENG (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya ada satu unit makanan lagi namanya ‘Bunceng’, dibuat dari ketan, akronim dari: yen mleBU kudu dsc_0076-minsing kenCENG (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh). Sedangkan tujuh rupa bermakna angka tujuh dalam bahasa Jawa pitu yang berarti PITUlungan.

Sebelum nasi tumpeng dibagikan, salah seorang pemuka agama menyematkan doa-doa. Berbagai harapan dirajut bersama heningnya semesta, melahirkan semangat untuk terus melanjutkan apa yang selama ini diperjuangkan. Kemudian acara ditutup dengan makan bersama. Yang sebelumnya dari satu nasi tumpeng lalu dibagi-bagikan untuk dinikmati bersama-sama. Suatu simbol kebersamaan empati bersama masyarakat yang kaya akan adat budayanya. Menjadi satu bentuk dan satu rasa.

Cangkir-cangkir diangkat. Hangat secangkir kopi mengaburkan dingin kabut di lembah samping puncak Suroloyo tersebut. Riang tawa pecah memantul di penghujung malam. Tidak hentinya kami saling berbincang ddsc_0085-minan belajar dari satu sama lain.

Ketika gelap bukan lagi miliik malam, akhirnya kami memutuskan untuk pamit kembali ke rumah. Rasanya enggan meninggalkan keramahan Padepokan Giri Saloka. Tetapi kami yakin bahwa suatu bentuk persaudaraan telah terjalin di tanah Menoreh ini. Kini, dunia akan mengenal kopi Suroloyo atau kopi Java Menoreh sebagai kopi produksi Yogyakarta. Selain itu ada pula nikmat teh dan rempah-rempah yang tidak kalah nikmatnya. Kamu bisa menemukan kopi Suroloyo di Kedai Dongeng Kopi Jogja. Ayo sebarkan kenikmatan kopi Java Menoreh ini. Selamat menikmati kopi, Kawan!