Jadi Pewarna Kain, Limbah Kopi Jadi Lebih Termanfaatkan

Sumber Gambar: NgopiBareng.id

Pertumbuhan kedai kopi yang sangat pesat, juga turut menyumbang angka limbah baru. Salah satunya adalah limbah kopi. Veronica Boni, Mahasiswi dari jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Petra Surabaya cukup jeli melihat masalah ini dan mengubahnya menjadi satu kesempatan untuk andil mengurai problem ini. Terutama limbah sisa ampas kopi yang terkadang dibuang begitu saja. Biasanya hanya dijadikan kompos, masker, tetapi Veronica Boni mengolahnya menjadi pewarna alami yang indah.

Hasil karya Veronica ini merupakan pemenuhan tugas akhir (TA) hasil dari Outcome Based Education-Leadership Enchancement Program (OBE-LEAP) Community Engagement UK Petra, yang sejalan dengan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dari kampus tempat ia menimba ilmu.

Dikutip dari suarasurabaya.net, perempuan bernama lengkap Veronica Boni Pamudja mengungkapkan soal masalah ini:

Kalau di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampai terjadi penumpukan limbah ampas kopi, itu akan berakibat buruk terhadap kondisi tanah. Jadinya semakin asam. Selain itu kandungan gas metana yang ada di dalamnya bisa menyebabkan pemanasan global,”

Menurutnya terdapat dua tahapan untuk mengolah limbah ampas kopi menjadi pewarna alami.

Veronica Boni, bersama sejumlah karya pewarna alami. Sumber gambar: Kumparan

Pertama dengan menjemur ampas kopi. Kurang lebih agar maksimal dijemur selama dua hari, setelah selesai berlanjut ke tahap kedua yakni ekstraksi.

Pada proses ekstraksi ini, zat warna limbah ampas kopi akan diambil dengan cara merebus dengan air hingga menyusut setengah. Setelahnya dilakukan tahap penyaringan dan dituangkan ke dalam wajan.

Boni menggunakan cairan tersebut untuk merendam kain putih. Setelah direndam, dikipas-kipaskan selama 15 menit lalu direndam kembali.

Hal ini dilakukan sebanyak 20 kali hingga akhirnya muncul berbagai macam warna. Menariknya, olahan limbah ini mampu menghasilkan 54 warna tersier yang dapat diaplikasikan di atas kain.

Untuk mencapai angka tersebut, Veronica mengungkapkan ia menambahkan beberapa tambahan pewarna alami.

“Jadi ada tiga jenis pewarna yang saya pakai. Ampas kopi saja, ampas kopi campur secang, dan ampas kopi campur kunyit,”

Rasio komposisinya untuk mengubahnya menjadi pewarna yaitu 100 gram banding satu liter, baru disaring menjadi pewarna jenis ampas kopi saja.
Soal bagaimana agar bisa jadi warna tersier sampai 54, Veronica menerangkan;

“54 warna itu campuran fiksator ada 6. Tunjung, tawas, dan kapur. Kemudian yang ketiganya ini saya campurkan dengan perbandingan satu banding satu dari ketiga fiksator sebelumnya,”

Sebagai implementasi karyanya, Veronica menggandeng komunitas disabilitas berbasis ekonomi, Self Help Group Solo, untuk menjahit kain-kain yang sudah diwarnai bahan alami tersebut menjadi karya tekstil yang bisa dimanfaatkan.

Ada dua jenis produk daily fashion apparel yaitu Arsa Outer dan Abisatya Tote Bag. Ini dikemas dalam sebuah brand bernama BAWARNA,”

Pungkasnya menerangkan kemana hasil olahan ini dapat diakses.