Galang Warga Bersama Tangen Ahmad

ruang penguatan atau hanya sarana akses bantuan?

Berpengalaman di kelompok tani Kopi Wonosobo, bergiat di ruang hulu sampai ke hilir, tentu memiliki perspektif tersendiri terhadap problematika di Kelompok Tani Kopi. Sebagaimana kelompok yang harusnya menjadi bagian dari peningkatan kapasitas, ruang daya dukung yang saling menguatkan, saling menambal atas kekurangan, dari berbagai catatan malah hanya menjadikan sarana untuk tumbuh suburnya aristokrasi petani, dimana pemimpin, pengurus cenderung memanfaatkan kelompok untuk kepentingan pribadi. Pemerataan, angka kesejahteraan yang digaungkan pemerintah dan LSM tidak terwujud sepenuhnya dan hanya menjadi program berulang seperti penumpukan bantuan dan lain sebagainya.

Bagaimana seharusnya kelompok tani sejati, titik apa yang menjadikan para petani kopi percaya bahwa kelompok tani adalah jalan menuju kekuatan dan juga jalan keluar dari kesulitan, bagaimana agar kelompok tani menjadi solid, eksis dan bekelanjutan adalah poin yang akan dibahas di sesi kali ini berangkat dari pengalaman lapangan dan pertautan dengan banyak hal yang dilalui oleh narasumber.

Galang Warga
Tangen Ahmad

Sesi Galang Warga kali ini harapannya narasumber akan menghadirkan bagaimana tataran ideal atas jalur distribusi yang tepat, kelompok yang sebenar benarnya memberi manfaat sehingga kubangan air mata petani segera tiris tak terus-terusan membuncah.
Kedai kopi memiliki peran penting dalam banyak perubahan sosial. Ini adalah fakta sosial yang tidak bisa dipungkiri. Sejarah di Inggris mencatat pada tahun 1650, Jacob, seorang pedagang berdarah Yahudi, membuka kedai kopi pertamanya di London, bernama “Angel”. Segera, kedai kopinya menjadi tempat berkumpulnya kamu terpelajar untuk membaca, untuk belajar, untuk berdebat.

Orang Inggris yang terkenal suka minuman beralkohol menganggap bahwa kedai kopi adalah tempat untuk “menjadi waras” dan pengunjungnya dianggap lebih cerdas ketimbang para pengunjung bar dan pub ketika itu. Para pengunjung kedai kopi bebas melakukan diskusi dengan siapa saja, tanpa memandang kelas, aliran politik, dan kasta, asal tetap menjaga sopan santun dan tidak membahas hal-hal sensitif seperti agama. Mereka dilarang bermain judi di dalam kedai kopi. Di samping itu, para pengunjung tidak boleh memaki, berkata kasar, atau akan didenda. Kalau sampai terjadi pertengkaran, orang yang memulai pertengkaran harus mentraktir lawannya secangkir kopi.

Tidak hanya di Inggris, di Turki, Perancis, Jerman, Amerika, Arab, Mesir, perubahan besar diperbincangkan di kedai kopi. Kaum intelektual, seniman, sastrawan, filsuf, ahli dan pakar berkumpul di kedai kopi untuk berdiskusi dalam proses produksi wacana dalam wadah dialog, debat, dan berbagi pengetahuan guna mengusung perubahan. Pemikir pemikir lahir dari bercangkir-cangkir kopi, tulisan-tulisan mengalir sampai muara kepala warga, karya karya seni hadir dari pergumulan wacana dari meja meja kedai kopi.

  1. Tujuan Galang Warga:
    Galang Warga ini bertujuan untuk membangun wacana mendalam soal banyak hal terkait khasanah pengetahuan yang sifatnya multi sektoral agar kedai kopi mengambil peran sebagai lumbung pengetahuan di luar ruang akademik tidak sekadar transaksional semata. Para peserta terdiri dari para pelanggan kedai kopi, peminat kajian khusus, serta pengetahuan multi sectoral. Dengan peserta terbatas, mengkaji proses membangun kedai di daerah sehingga memungkinkan peserta mendapat pengetahuan secara komprehensif dari para praktisi yang telah melalui jam terbang panjang layaknya kajian kepakaran yang disampaikan secara ringan dan santai.
  2. Keluaran dari Galang Warga
    Melalui Galang Warga ini diharapkan hasil sebagai berikut:
    a. Wacana pengetahuan bagi khalayak banyak
    b. Membangun jejaring antar warga sebagai bagian penguatan komunitas
    c. Sharing pengalaman kepakaran semai gagasan untuk penguatan jati diri anak bangsa