Di Dongeng Kopi Rumput Gajah Tidak Sekuat Rumput Liar

Rumput di Dongeng Kopi

“Rumput Tak roboh saat badai, tak patah meski terinjak, tetap tumbuh meski telah tercabut”

Filosofi rumput itu, sepertinya tidak berlaku bagi rumput gajah disamping Musholla Al Khaldi. Musholla samping Dongeng Kopi sayap kanan.

Sering diinjak saat duduk ya bundas, plontos. Mati dan tersisa sedikit di kiri kanan dari sehampar penuh rumput gajah. Barangkali jenis gajah ini bukan termasuk rumput yang tunak meski terinjak, yang tanak pacak pada keadaan sulit – keadaan terdesak jejak kaki kaki pelawat kedai kopi di Umbulmartani. 

Rumput Dongeng Kopi

Bisa jadi rumput yang kuat saat terinjak hanya rumput liar. Layaknya rakyat yang tetap bertahan meski goncangan berulang datang. Harga-harga naik, krisis ekonomi menerpa, bahkan sekalipun di embargo, rakyat akan bisa adaptif atas situasi. Pelajaran bencana alam, hingga krisis 98 bisa jadi pembuktian bahwa solidaritas sosial menjadi kekuatan rakyat bertahan akan situasi.

Termasuk dua tahun pandemi kemarin. Solidaritas lewat Rakyat Bantu Rakyat, Kawan Jaga Kawan adalah hal konkrit layaknya rumput. Kuat dan liat terlindas situasi, terinjak injak, tidak teraliri sempurna tetap hidup. Selain rumput liar jenis rumput apa ya yang dinjak injak tetap tumbuh selaras? Mungkin bisa jadi referensi pengganti rumput baru. Bisa jadi rumput yang kuat saat terinjak hanya rumput liar. Layaknya rakyat yang tetap bertahan mesti goncangan berulang datang.