Dari Bener ke Dalangan, Meja Bar Sasana Krida Dongeng Kopi Roasteri

Setidaknya saya mengingat dengan sangat terang, meja bar ini sudah berpindah sebanyak tujuh kali. Baik secara proses perbaikan, berfungsi untuk jualan, hingga mangkrak dan kembali digunakan.

Meja bar ini kali pertama yang memiliki adalah kedai Hom Coffee. Kedai Milik Dinka seorang mahasiswa UII yang sempat bikin kedai di bilangan Kyai Mojo, Bener, Tegalrejo Kota Yogyakarta. Itu sekitaran tahun 2013. Ia juga sering nongkrong di @warkopbardiman saat saya dirikan berselang dengan keberadaan kedainya itu. Beberapa kali bersama teman temannya suka ngejam nyanyi nyanyi di balkon atas. Saya melacaknya dari daftar hadir kedai yang rutin saya dokumentasikan dan arsip saat itu.

Hom Coffee tidak bertahan lama. Lantas kami (karena saya bersama beberapa kawan kongsi, maka kata saya berubah menjadi kami) take over dan ganti konsep, ganti nama menjadi Dongeng Kopi. Kedai yang saya rintis selepas saya tidak lagi mengurusi Warkop yang dikenal dengan tubruk terlengkap se-Seturan Raya itu.

Awalnya meja bar itu pendek. Saya sempat menyebut konsep hom coffee adalah kedai terinspirasi dari kisah Smurf. Sebab termasuk kursi kursinya juga sama sekali tidak tinggi. Terlalu pendek mungkin bagi orang kebanyakan. Akhirnya meja tersebut dirombak oleh Kempung sehingga tingginya lebih seperti sekarang. Tak tanggung-tanggung, Kempung mereparasinya dikirim ke Gunung Kidul untuk jadi lebih tinggi. Menambah beberapa sentimeter sehingga cukup pas. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek.

Meja Jati Bar Dongeng Kopi dari Bener ke Dalangan. Dok. 2015

Awalnya meja bar itu pendek. Saya sempat menyebut konsep hom coffee adalah kedai terinspirasi dari kisah Smurf. Sebab termasuk kursi kursinya juga sama sekali tidak tinggi. Terlalu pendek mungkin bagi orang kebanyakan. Akhirnya meja tersebut dirombak oleh Kempung sehingga tingginya lebih seperti sekarang. Tak tanggung-tanggung, Kempung mereparasinya dikirim ke Gunung Kidul untuk jadi lebih tinggi. Menambah beberapa sentimeter sehingga cukup pas. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek.

Depan meja bar, ada karya Media Legal gambar seorang tukang gambar mengintip. Dok 2015

Ketika kami pindah ke Gorongan, Meja Bar ini berfungsi sebagai papan utama melakukan aktivitas meracik kopi. Kawan saya Isrol menambahkan gambar didepannya dengan gambar orang mengintip dengan membawa kuas. Sementara bagian tepiannya disemat tagline @dongengkopi sebermulanya adalah kopi. Sementara latar belakang bar adalah logo bekas tapak gelas dengan tulisan dongeng kopi didalamnya. Berbeda dengan latar di Kyai Mojo yang berupa gambar saya memakai topi copet bercerita tentang kopi dari hulu ke hilir. Dari kebun sampai ke cangkir, ikon saat saya membikin Warkop Bardiman.

Kepindahan di Palagan, meja ini dibawa Agus. Kami saat itu memakai meja bar dengan belahan kayu Klengkeng. Buah sumbangan dari Pemerintah Desa Pendowoharjo dari Pak Lurah Wahyudi Anggoro Hadi yang disambungkan oleh Mas Faiz Ahsoul, Guru yang saya anggap kangmas ini sangat mencintai kami sampai bantuannya tiada terkira untuk DKJ. Baik dukungan materiil maupun non materiil sungguh tak tanggung tanggung kami dapatkan.

Meja kayu jati itu mangkrak dibiarkan Agus begitu Agus selesai membikin Nyata Kopi dan geser ke belakang Hartono Mall mendirikan 7pm. Kedai kopi yang kolaborasi dengan Bajang di atas tanah milik Pak Subhi. Meja tersebut tidak dipakai. berbarengan dengan rongsokan lain di tanah lapang depan kedai yang dominan baja ringan dan batako itu.

Saat Kopong dipasrahi bangunan di Taman Sari untuk dibikin kedai kopi dan mengajak saya turut serta, pada tahun 2019, saya tembung Agus untuk saya manfaatkan kembali meja tersebut untuk digunakan di Inesya. Sehingga meja tersebut berpindah ke Taman Sari. Berfungsi kembali sebagaimana mestinya menjadi tempat duduk penggiling kopi, blender, aneka stoples, tempat interaksi pecinta kopi dengan barista. ruhnya kembali menyala dibawah lindungan Hendrik Markopong. Pemuda aseli Ngawi yang menikah dengan gadis dari Makasar ini.

Tahun 2021, Inesya melakukan perombakan besar-besaran. Meja itu kembali berpindah tempat. Ke salah satu sekretariatan Serikat Buruh di bilangan Bintaran. Fungsinya sebagai meja sidang pleno akhirnya. Beberapa kali digunakan untuk konferensi pers terkait kebijakan hubungan industrial. Sering masuk di media baik cetak maupun elektronik tidak sebagai ruang menyaji minuman melainkan sebagai corong propaganda mengkritisi kebijakan soal perburuhan.

Ketika 1 Mei 2022 kami putuskan untuk memindah dapur panggang Dongeng Kopi yang mulai membutuhkan ruang yang lebih lapang, saya kontak Kopong untuk memfungsikan kembali meja tersebut. Sebagai Bar untuk uji produk kopi yang akan rilis di kedai Kaki Merapi, maupun untuk produk pesanan para pelanggan.

Kopong menyambut baik. Bahkan mengarahkan untuk langsung saja ke Lokasi untuk mengangkutnya. Kakak Ipar saya mengambilnya bersama mobil pikep dan meletakkan tepat di ruang samping dapur panggang. Merasa perlu diperbaharui ia membersihkan dengan seksama. Disikat kawat, diamplas, lantas divernis ulang sehingga hilang itu kesan usang. Meja kembali mengkilap seolah kembali baru.

Beberapa fungsi kami tambahkan di meja berukuran 4 meter ini. Pencuci gelas, slorokan es batu, laci tempat kasir kami bubuhkan sebagai kelengkapan meja multiguna. Latar untuk meja ini rencananya akan kembali di gambar oleh Media Legal. Seniman street art yang pernah menggambar meja bar kami ini di Gorongan pada tahun 2015. 

Senin kemarin, 18 Juli 2022 meja ini sudah menjadi ruang interaksi utama bagai orang orang yang tandang ke Dalangan. Dusun tempat kami merendang kopi saat ini. Setelah Sasana Warga Tirtomartani, Sehari setelahnya 19 Juli Meja ini terus akan menjadi tempat utama merealisasikan sejumlah kopi yang bisa kau pesan sembari menanti panggangan kopi matang, atau kopi dibungkus untuk kedaimu. Nantinya sebenarnya yang utama dari sebelah dapur Panggang ini berfungsi sebagai tempat makan soto. Soto yang biasa kau nikmati saat momen momen khusus di Dongeng Kopi yang bisa kau kudap sedari pagi.