Aeropress, Alat Seduh Metode Tekan yang Lahir di Tahun Dua ribuan

Teknik seduh Aeropress

 ‘setia pada proses’

Sepertinya di semua bidang, kalimat itu adalah semacam pelecut saat ada pertanyaan mengapa seseorang bisa berhasil, kita masih gini gini aja. Salah satunya barangkali itu. Bersedia berproses.

Aeropress yang sering kawan-kawan pegang, perjalanannya rupanya tidak sebentar. Dilansir dari situs Smoking Bareels butuh waktu dua dekade untuk menyempurnakan alat tersebut. Setidaknya ada 35 prototype agar alat yang digadang-gadang jadi perkakas sederhana pembuat kopi dengan konsentrat pekat. Itupun, saat diluncurkan di pertemuan asosiasi kopi spesiality Amerika tahun 2005 masih dicibir bahwa alat ini masih kurang mantap. 

Alan Adler, pemegang 40 paten ini memang jempolan. Pantang menyerah, sabar berproses. Kalau dua puluh tahun itu KPR rumah udah dapat dua. Doi, setia bikin sempurna satu alat. Golongan teknik seduh tekan, yang populer saat gelombang ketiga kopi marak adalah satu alat sederhana bernama aeropress.

Foto: Erick Cheves
Foto: Oak Bond Coffee

Saat diperkenalkan kali pertama kali di konvensi Asosiasi Kopi Spesialiti Amerika, di tahun 2005 masih dicibir karena masih belum seenak seduhan mesin. Tak patah arang, Alan Adler kemudian menantang para juri yang hadir di konvensi tahunan tersebut untuk ‘blind test’ demi menemukan objektifitas para juri. Hasilnya, setengah dari para juri memilih seduhan dari alat ciptaannya.

Berangkat dari kekecewaannya saat membuat kopi dengan mokapot karena hasilnya terlampau pahit, Alan Adler insinyur listrik, ahli fisika, dosen teknik mesin Stanford, dan direktur perusahaan Aerobie, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang mainan untuk olahraga ini tertantang untuk menciptakan alat penyeduh kopi yang lebih baik. 

Pemilik 40 paten dari berbagai bidang diantaranya instrumentasi pesawat militer, reaktor nuklir kapal selam, lensa parabolaid teleskop, instrumentasi musik seruling, serta mainan lingkaran dari aerobie adalah sedikit diantara banyak hasil buah pikirnya.

“Setia pada proses adalah hal yang patut kita teladani dari beliau. Untuk menjadikan aeropress seperti yang kita pakai hari ini butuh waktu dua dekade dari 1984 s.d 2004. Serta 35 buah prototype”.