Setelah Lebaran, Semoga Angka Kunjungan Kembali Sediakala

Mari bersua di Dongeng Kopi

Kedai kami di Kaki Merapi memang belum seramai saat kami di sekitar catur tunggal, gejayan, tugu, palagan. Namun kami senang dengan alirannya yang lancar menenangkan. Sebagai warga yang baru masuk tahun ketiga menjadi bagian dari warga kampung setahun ini kami banyak belajar memahami menjadi bersahaja. Hidup di kaki gunung menyambut kawan-kawan tandang dengan terus menjerang air agar panas, matang siap diseduhkan. 

Pagebluk Corona cukup membuat kami beberapa kali limbung setidaknya dua tahun yang harusnya sudah bisa membangun pasar di sekitar Jalan Kaliurang kami sedikit tertaih tatih untuk tetap hadir. Beberapa barista dipangkas dan tersisa tiga saja menemani kawan kawan yang tandang. 


Jogja sangat sepi begitu pemerintah membatasi aktivitas. Kampus-kampus ditutup. Tempat wisata tidak beroperasi. Mahasiswa pulang kampung, wisatawan tidak ada semua orang di rumah saja. Semua cemas. Tetapi sesungguhnya yang sangat terpukul adalah kedai kopi. Termasuk Dongeng Kopi. Data Bank Indonesia menyebutkan perputaran uang di Jogja anjlok sampai 65% akibat dua tahun pandemi. Sementara kami, yang sedang berupaya babat alas untuk membangun pasar kembali harus mulai dari titik nol. Dari minus bahkan, lataran beberapa kali kunjungan hanya diisi dua tiga orang, satu dua cangkir saja.


Baru lebaran tahun ini harapan itu kembali ada. Setelah sebelumnya kita diguyuri harapan namun malah cukup menyakitkan lantaran gelombang gelombang berkali kali muncul sementara dana cadangan sudah jor joran dikeluarkan. Asa itu muncul dari kebijakan pemerintah setelah mudik diperbolehkan, dari pemangku kepentingan kampus ancang ancang tatap muka kembali dilaksanakan selepas lebaran. 
Semoga Umbulmartani kembali ramai, ekonomi berdenyut dan gelaran agenda kembali ramai dihadiri kawan-kawan sekalian. Doa kita bersama tentunya.