Dari Kyai Mojo ke Wahid Hasyim

Dongeng Kopi bermula sebagai wadah muara dari kata kata yang menguap, lalu tertangkap pada secangkir kopi yang tandas disesap. Dari social media di medio Oktober 2012 dongeng kopi menyaji cerita saban hari untuk penggelut lini masa. Semuanya dari, oleh dan untuk para pengguna jejaring social media twitter khususnya. Tercatat ratusan mention mampir, singgah untuk berbagi cerita dan berbagi inspirasi. Mengambil tagline “Muarakan air kata-katamu dari sesap kopimu” dongeng kopi menjelma menjadi akun sosial media yang menyaji cerita soal kopi.

Bergulirnya waktu, beberapa netizen mengusulkan untuk membuat wadah kopi darat. Sehingga perjalanan dongeng kopi menjelma dari kopi maya ke kopi darat.

Sebelumnya Dongeng Kopi berlokasi di Jl. Kyai Mojo no 64, satu tempat di barat Tugu Jogja yang berhimpit bersama BRI unit Pingit dan Gold Finger Massage & Spa. Satu tempat yang hanya muat sedikit, dan sempit, dan harus berebut tempat parkir dengan kiri kanan.

Awal tahun 2015, kami putuskan untuk berpindah ke tempat yang lebih luas dan berbagi ruang bersama Indie Book Corner. Bukan tanpa sebab, kami bersinergi bersama IBC. Lantaran kami mempunyai satu visi bersama yakni nguri-uri komunitas, dan sama-sama punya mimpi punya ruang edukasi yang seru untuk bikin berbagai kelas.

Maka terpilihlah tempat di Wahid Hasyim no. 3 Gorongan. Oktober nanti dongeng kopi akan masuk pada tahun ketiga. Sudah banyak cerita yang kita rakit bersama. Sebagian foto ini adalah berbagai gambar yang terekam antara Kyai Mojo dan Wahid Hasyim.

 

“Kami ingin semua orang bisa berbagi kebahagiaan. Berbagi kebahagiaan yang paling sederhana salah satunya adalah bisa menyajikan kopi yang layak, kopi yang baik. Serta bisa bercerita mengenai kopi dari berbagai sudut pandang. Mulai dari sejarah, kebudayaan, proses tanam, produksi, distribusi hingga hadir ke tengah tengah meja para pelanggan”.